TEORI PEMROSESAN INFORMASI BERBANTUAN MEDIA

TEORI PEMROSESAN INFORMASI BERBANTUAN MEDIA

     Belajar didefinisikan sebagai perubahan perilaku seseorang dalam situasi tertentu yang disebabkan oleh “pengalaman berulang” terhadap situasi tersebut. Dalam tinjauan psikologi kognitif belajar diartikan sebagai The process of acquiring knowledge (proses memperoleh pengetahuan).  Pengalaman yang dimaksud adalah pengalaman hidup yang dialami oleh si pelajar agar menjadi mandiri. Belajar erat kaitannya dengan pengembangankognitif (penguasaan intelektual), afektif (berhubungan dengan sikap dan nilai) danpsikomotorik (keterampilan bertindak atau berprilaku). Dalam pandangan pakar psikologi belajar kognitifis, keberhasilan belajar di ukur oleh kematangan kognisi si pelajar, dalam hal ini otak sebagai organ tubuh yang berkaitan dengan intelejensi, menjadi sangat dominan sebagai pusat memori.
Teori pembelajaran pemrosesan informasi adalah bagian dari teori belajar sibernetik. Secara sederhana pengertian belajar menurut teori belajar sibernetik adalah pengolahan informasi. Dalam teori ini, seperti psikologi kognitif, bagi sibernetik mengkaji proses belajar  penting dari hasil belajar, namun yang lebih penting  dari kajian proses belajar itu sendiri adalah sistem informasi, sistem informasi inilah yang pada akhirnya akan menentukan proses belajar.
      Teori sibernetik berasumsi bahwa tidak ada satu proses belajar pun yang ideal untuk segala situasi, dan yang cocok untuk semua siswa. Asumsi ini didasarkan pada suatu pemahaman yaitu cara belajar sangat ditentukan oleh sistem informasi. Dengan penjelasan saat seorang siswa dapat memperoleh informasi dengan satu proses dan siswa yang lain juga dapat memperoleh informasi yang sama namun dengan proses belajar yang berbeda.
      Menurut Gagne bahwa dalam pembelajaran terjadi proses penerimaan informasi, untuk kemudian diolah sehingga menghasilkan keluaran dalam bentuk hasil belajar. Dalam pemrosesan informasi terjadi adanya interaksi antara kondisi-kondisi internal dan kondisi-kondisi eksternal individu. Kondisi internal yaitu keadaan dalam diri individu yang diperlukan untuk mencapai hasil belajar dan proses kognitif yang terjadi dalam individu. Sedangkan kondisi eksternal adalah rangsangan dari lingkungan yang mempengaruhi individu dalam proses pembelajaran.
       Menurut Gagne tahapan proses pembelajaran meliputi delapan fase yaitu, (1) motivasi; (2) pemahaman; (3) pemerolehan; (4) penyimpanan; (5) ingatan kembali; (6) generalisasi; (7) perlakuan dan (8) umpan balik. Teori pemrosesan informasi adalah teori kognitif tentang belajar yang menjelaskan pemrosesan, penyimpanan, dan pemanggilan kembali pengetahuan dari otak (Slavin, 2000: 175). Teori ini menjelaskan bagaimana seseorang memperoleh sejumlah informasi dan dapat diingat dalam waktu yang cukup lama. Oleh karena itu perlu menerapkan suatu strategi belajar tertentu yang dapat memudahkan semua informasi diproses di dalam otak melalui beberapa indera.

Dalam upaya menjelaskan bagaimana suatu informasi (pesan pengajaran) diterima, disandi, disimpan dan dimunculkan kembali dari ingatan serta dimanfaatkan jika diperlukan, telah dikembangkan sejumlah teori dan model pemrosesan informasi oleh para pakar seperti Biehler dan Snowman (1986); Baine (1986); dan Tennyson (1989).
Kompenen pemrosesan dipilih menjadi tiga berdasarkan perbedaan fungsi, kapasitas, bentuk informasi, serta proses terjadinya”lupa”. Ketiga komponen tersebut adalah Sensory receptor, Working memory dan Long tern memory.
Sedangkan proses control diasumsikan sebgai strategi yang tersimpan didalam ingatan dan dapat dipergunakan setiap saat di perlukan.
Ø  Pengertian Teori Pemrosesan Informasi
Teori pemrosesan informasi adalah teori kognitif tentang belajar yang menjelaskan pemrosesan, penyimpanan, dan pemanggilan kembali pengetahuan dari otak (Slavin, 2000). Teori ini menjelaskan bagaimana seseorang memperoleh sejumlah informasi dan dapat diingat dalam waktu yang cukup lama. Oleh karena itu perlu menerapkan suatu strategi belajar tertentu yang dapat memudahkan semua informasi diproses di dalam otak melalui beberapa indera.
Komponen pertama dari sistem memori yang dijumpai oleh informasi yang masuk adalah registrasi penginderaan. Registrasi penginderaan menerima sejumlah besar informasi dari indera dan menyimpannya dalam waktu yang sangat singkat, tidak lebih dari dua detik. Bila tidak terjadi suatu proses terhadap informasi yang disimpan dalam register penginderaan, maka dengan cepat informasi itu akan hilang.
Keberadaan register penginderaan mempunyai dua implikasi penting dalam pendidikan. Pertama, orang harus menaruh perhatian pada suatu informasi bila informasi itu harus diingat. Kedua, seseorang memerlukan waktu untuk membawa semua informasi yang dilihat dalam waktu singkat masuk ke dalam kesadaran, (Slavin, 2000: 176).
Interpretasi seseorang terhadap rangsangan dikatakan sebagai persepsi. Persepsi dari stimulus tidak langsung seperti penerimaan stimulus, karena persepsi dipengaruhi status mental, pengalaman masa lalu, pengetahuan, motivasi, dan banyak faktor lain.
Informasi yang dipersepsi seseorang dan mendapat perhatian, akan ditransfer ke komponen kedua dari sistem memori, yaitu memori jangka pendek. Memori jangka pendek adalah sistem penyimpanan informasi dalam jumlah terbatas hanya dalam beberapa detik. Satu cara untuk menyimpan informasi dalam memori jangka pendek adalah memikirkan tentang informasi itu atau mengungkapkannya berkali-kali. Guru mengalokasikan waktu untuk pengulangan selama mengajar.
Memori jangka panjang merupakan bagian dari sistem memori tempat menyimpan informasi untuk periode panjang. Tulving (1993) dalam (Slavin, 2000: 181) membagi memori jangka panjang menjadi tiga bagian, yaitu memori episodik, yaitu bagian memori jangka panjang yang menyimpan gambaran dari pengalaman-pangalaman pribadi kita, memori semantik, yaitu suatu bagian dari memori jangka panjang yang menyimpan fakta dan pengetahuan umum, dan memori prosedural adalah memori yang menyimpan informasi tentang bagaimana melakukan sesuatu.
Dalam upaya menjelaskan bagaimana suatu informasi (pesan pengajaran) diterima, disandi, disimpan dan dimunculkan kembali dari ingatan serta dimanfaatkan jika diperlukan, telah dikembangkan sejumlah teori dan model pemrosesan informasi oleh para pakar seperti Biehler dan Snowman (1986); Baine (1986); dan Tennyson (1989). Teori-teori tersebut umumnya berpijak pada tiga asumsi (Lusiana, 1992) yaitu:
a.       Bahwa antara stimulus dan respon terdapat suatu seri tahapan pemrosesan informasi dimana pada masing-masing tahapan dibutuhkan sejumlah waktu tertentu.
b.      Stimulus yang diproses melalui tahapan-tahapan tadi akan mengalami perubahan bentuk ataupun isinya.
c.        Salah satu dari tahapan mempunyai kapasitas yang terbatas.
Dari ketiga asumsi tersebut,dikembangkan teori tentang komponen struktur dan pengatur alur pemrosesan informasi (proses control). Kompenen pemrosesan dipilih menjadi tiga berdasarkan perbedaan fungsi, kapasitas, bentuk informasi, serta proses terjadinya”lupa”. Ketiga komponen tersebut adalah:
1.      Sensory receptor
Sensory Receptor (SR) merupakan sel tempat pertama kali informasi diterima dari luar. informasi  masuk  ke  sistem  melalui  sensory register Di dalam SR informasi ditangkap dalam bentuk aslinya, informasi hanya dapat bertahan dalam waktu yang sangat singkat, dan informasi tadi mudah terganggu dengan kata lain sangat mudah berganti. Agar  tetap berada dalam  sistem, informasi  masuk  ke  working  memory  yang  digabungkan dengan informasi di long-term memory.
2.      Working memory
Pengerjaan atau operasi  informasi berlangsung di working memory. Disini, berlangsung proses berpikir secara sadar. Working Memory (WM) diasumsikan mampu menangkap informasi yang diberi perhatian (attention) oleh individu. Pemberian perhatian ini dipengaruhi oleh peran persepsi. Karakteristik WM adalah bahwa; 1) ia memiliki kapasitas yang terbatas, lebih kurang 7 slots. Informasi di dalamnya hanya mampu bertahan kurang lebih 15 detik apabila tanpa upaya pengulangan atau rehearsal. 2) informasi dapat disandi dalam bentuk yang berbeda dari stimulus aslinya. Asumsi pertama berkaitan dengan penataan jumlah informasi, sedangkan asumsi kedua berkaitan dengan peran proses kontrol. Artinya, agar informasi dapat bertahan dalam WM, maka upayakan jumlah informasi tidak melebihi kapasitas WM disamping melakukan rehearsal. Sedangkan penyandian pada tahapan WM, dalam bentuk verbal, visual, ataupun semantik, dipengaruhi oleh peran proses kontrol dan seseorang dapat dengan sadar mengendalikannya.
3.      Long term memory
Long Term Memory (LTM) diasumsikan; 1) berisi semua pengetahuan yang telahdimiliki oleh individu, 2) mempunyai kapasitas tidak terbatas, dan 3) bahwa sekali informasi disimpan di dalam LTM ia tidak akan pernah terhapus atau hilang.
Kelemahannya  adalah  betapa  sulit  mengakses  informasi  yang tersimpan di dalamnya. Persoalan “lupa” pada tahapan ini disebabkan oleh kesulitan atau kegagalan memunculkan kembali (retrieval failure) informasi yang diperlukan. Ini berarti, jika informasi ditata dengan baik maka akan memudahkan proses penelusuran dan pemunculan kembali informasi jika diperlukan. Dikemukakan oleh Howard (1983) bahwa informasi disimpan di dalam LTM dalam bentuk prototipe, yaitu suatu struktur representasi pengetahuan yang telah dimiliki yang berfungsi sebagai kerangka untuk mengkaitkan pengetahuan baru. Dengan ungkapan lain, Tennyson (1989) mengemukakan bahwa proses penyimpanan informasi merupakan proses mengasimilasikan pengetahuan baru pada pengetahuan yang telah dimiliki, yang selanjutnya berfungsi sebagai dasar pengetahuan (knowledge base) (Lusiana, 1992).
            Sejalan dengan teori pemrosesan informasi, Ausubel (1968) mengemukakan bahwa perolehan pengetahuan baru merupakan fungsi srtuktur kognitif yang telah dimiliki individu. Reigeluth dan Stein (1983) mengatakan pengetahuan ditata didalam struktur kognitif secara hirarkhis. Ini berarti pengetahuan yang lebih umum dan abstrak yang diperoleh lebih dulu oleh individu dapat mempermudah perolehan pengetahuan baru yang rinci Proses pengolahan informasi dalam ingatan dimulai dari proses penyandian informasi (encoding), diikuti dengan penyimpanan informasi (storage), dan diakhiri dengan mengungkapkan kembali informasi-informasi yang telah disimpan dalam ingatan (retrieval). Ingatan terdiri dari struktur informasi yang terorganisasi dan proses penelusuran bergerak secara hirarkhis, dari informasi yang paling umum dan inklusif ke informasi yang paling umum dan rinci, sampai informasi yang diinginkan diperoleh.
            Teori belajar pemrosesan informasi mendeskripsikan tindakan belajar merupakan proses internal yang mencakup beberapa tahapan. Sembilan tahapan dalam peristiwa pembelajaran sebagai cara-cara eksternal yang berpotensi mendukung proses-proses internal dalam kegiatan belajar adalah :
1.      Menarik perhatian
2.      Memberitahukan tujuan pembelajaran kepada siswa
3.      Merangsang ingatan pada pra syarat belajar
4.      Menyajikan bahan peransang
5.      Memberikan bimbingan belajar
6.      Mendorong unjuk kerja
7.      Memberikan balikan informatif
8.      Menilai unjuk kerja
9.      Meningkatkan retensi dan alih belajar
Dalam mengartikan penyampaian informasi dengan multimedia perlu dibedakan apa yang disebut dengan media pengantar, desain pesan,  serta kemampuan sensorik. Media pengantar mengacu pada sistem yang dipakai untuk menyajikan informasi, misalnya media berbasiskan media cetakan atau media berbasiskan komputer. Desain pesan mengacu pada bentuk yang digunakan untuk menyajikan informasi, misalnya pemakaian animasi  atau teks audio. Kemampuan sensorik mengacu pada jalur pemrosesan informasi yang dipakai untuk memproses informasi yang diperoleh, seperti proses penerimaan informasi visual atau auditorial.
            Sebagai contoh, suatu paparan tentang bagaimana sistem sesuatu alat bekerja dapat dipresentasikan melalui teks tertulis dalam buku atau melalui teks di layar komputer (dua media yang berbeda), dalam bentuk rangkaian kata-kata atau kombinasi kata-kata dan gambar (dua desain pesan yang berbeda), atau dalam bentuk kata-kata tertulis atau lisan (dua sensorik yang berbeda). Sebenarnya istilah desain pesan mengacu pada proses manipulasi, atau rencana manipulasi dari sebuah pola tanda yang  memungkinkan untuk mengkondisi  pemerolehan informasi. Penelitian telah menemukan  bukti bahwa desain pesan yang berbeda pada multimedia instruksional mempengaruhi kualitas performansi .
            Beberapa teori yang melandasi perancangan desain  pesan multimedia instruksional ialah teori  pengkodean ganda, teori muatan kognitif, dan teori pemrosesan ganda. Menurut teori pengkodean ganda manusia memiliki sistem memori kerja yang terpisah untuk informasi verbal dan informasi visual, memori kerja terdiri atas memori kerja visual dan  memori kerja auditori. Teori muatan kognitif menyatakan bahwa setiap memori kerja memiliki kapasitas yang terbatas. Sedangkan teori pemrosesan ganda menyatakan bahwa penyampaian informasi lewat multimedia instruksional baru bermakna jika informasi yang diterima diseleksi pada setiap penyimpanan, diorganisasikan ke dalam representasi yang berhubungan, serta dikoneksikan dalam tiap penyimpanan . Temuan-temuan penelitian telah menguji kebenaran teori pengkodean ganda (dual-coding theory): terdapat dua buah saluran pemrosesan informasi yang independent yaitu pemrosesan informasi visual (atau memori kerja visual) dan pemrosesan informasi verbal (atau memori kerja verbal); kedua memori kerja tersebut memiliki kapasitas yang terbatas untuk memroses informasi yang masuk. Hal terpenting yang dinyatakan oleh teori muatan kognitif adalah sebuah gagasan bahwa kemampuan terbatas memori kerja, visual maupun auditori, seharusnya menjadi pokok pikiran ketika seseorang hendak mendesain sesuatu pesan multimedia.
        Menurut model tingkat pemrosesan, berbagai stimulus informasi diproses dalam berbagai tingkat kedalaman secara bersamaan bergantung kepada karakternya. Semakin dalam suatu informasi diolah, maka informasi tersebut akan semakin lama diingat. Sebagai contoh, informasi yang mempunyai imaji visual yang kuat atau banyak berasosiasi dengan pengetahuan yang telah ada akan diproses secara lebih dalam. Demikian juga informasi yang sedang diamati akan lebih dalam diproses daripada stimuli atau kejadian lain di luar pengamatan. Dengan kata lain, manusia akan lebih mengingat hal-hal yang mempunyai arti bagi dirinya atau hal-hal yang menjadi perhatiannya karena hal-hal tersebut diproses secara lebih mendalam daripada stimuli yang tidak mempunyai arti atau tidak menjadi perhatiannya (Craik & Lockhart, 2002).

Ø  Manfaat dan Hambatan Teori Pemrosesan Informasi
1. Manfaat teori pemrosesan informasi antara lain:
1.  Membantu terjadinya proses pembelajaran sehungga individu mampu beradaptasi pada lingkungan yang selalu berubah
2.  Menjadikan strategi pembelajaran dengan menggunakan cara berpikir yang berorientasi pada proses lebih menonjol
3.      Kapasilitas belajar dapat disajikan secara lengkap
4.      Prinsip perbedaan individual terlayani.
2. Hambatan teori pemrosesan informasi antara lain:
1.      Tidak semua individu mampu melatih memori secara maksimal
2.      Proses internal yang tidak dapat diamati secara langsung
3.      Tingkat kesulitan mengungkap kembali informasi-informsi yang telah disimpan dalam ingatan
                   4.      Kemampuan otak tiap individu tidak sama.

PERMASALAHAN
1.  Bagaimana cara kita meminimalisir hambatan atau kekurangan dari teori pemerosesan informasi?
2.  Bagaimana Implikasi dari teori pemrosesan informasi yang memandang belajar adalah pengkodean informasi ke dalam memori manusia. Sebutkan contohnya.
3.  Bagaimana cara melihat siswa yang mampu memproses informasi jangka pendek dan jangka panjang?

Komentar

  1. Baiklah, saya akan mencoba menjawab permasalahan nomor 2.
    Implikasi dari teori pemrosesan informasi yang memandang belajar adalah pengkodean informasi ke dalam memori manusia seperti layaknya sebuah cara kerja komputer dan karena memori memiliki keterbatasan kapasitas, pembelajaran harus dapat untuk menarik perhatian siswa dan menyediakan aplikasi berulang dan praktik secara individual agar informasi yang diberikan mudah dicerna dan dapat bertahan lama dalam memori siswa, dan aplikasi komputer memiliki semuanya dengan kualitas yang sangat baik.

    BalasHapus
  2. Baiklah disini saya akan mencoba menjawab pertanyaan nomor 3 yaitu bagaimana cara untuk melihat siswa yang mampu memproses informasi jangka panjang dan jangka pendek. Menurut saya untuk melihat perbedaan jangka ingatan pada siswa dapat dilakukan tanya jawab dengan siswa tersebut, sebagai guru kita dapat melontarkan pertanyaan-prtanyaan yang tentang materi yang sudah lama kita jelaskan tetapi tetap ada kaitannya dengan materi yang dibahas saat itu. Dari jawaban siswa tersebut kita dapat melihat apakah siswa tersebut memiliki daya ingatan jangka panjang ataupun jangka pendek. Selain itu, kita juga bisa memberikan lembaran soal-soal yang harus diselesaikan oleh siswa, kita bisa melihat memori siswa dari jawaban yang ia tuangkan. Kemudian, kita juga bisa meminta siswa untuk menjelaskan kembali apa yang telah ia dapatkan dari materi sebelumnya yang telah kita ajarkan

    BalasHapus
    Balasan
    1. Saya setuju dengan jawaban saudari novia, dan sedikit penambahan tentang cara melihat siswa yg mampu memproses informasi jangka panjang dan pendek. Menurut saya dapat dilihat dari hasil ujian yang ia dapatkan. jika anak tersebut mampu menjawab semua soal2 terkait materi yang telah dijelaskan oleh guru pada sebelum-sebelumnya, maka anak tersebut telah mampu menyimpan informasi yg ia dapatkan pada memori jangka panjang. Dan bgitupula sebaliknya. Sehingga sebaiknya dalam pemrosesan informasi guru dapat menggunakan media yg cocok sebagai pembantu dlm melakukan pemrosesan informasi ke siswa.

      Hapus
  3. Baiklah saya akan mencoba menjawab permasalahan no 2 dimana Implikasi dari teori pemrosesan informasi yang memandang belajar adalah pengkodean informasi ke dalam memori manusia seperti layaknya sebuah cara kerja komputer dan karena memori memiliki keterbatasan kapasitas, pembelajaran harus dapat untuk menarik perhatian siswa dan menyediakan aplikasi berulang dan praktik secara individual agar informasi yang diberikan mudah dicerna dan dapat bertahan lama dalam memori siswa, dan aplikasi komputer memiliki semuanya dengan kualitas yang sangat baik. Sebagai contoh, suatu paparan tentang bagaimana sistem sesuatu alat bekerja dapat dipresentasikan melalui teks tertulis dalam buku atau melalui teks di layar komputer (dua media yang berbeda), dalam bentuk rangkaian kata-kata atau kombinasi kata-kata dan gambar (dua desain pesan yang berbeda), atau dalam bentuk kata-kata tertulis atau lisan (dua sensorik yang berbeda).

    BalasHapus
  4. Baikalah saya akan menjawab pertanyaan no 3
    Memori jangka pendek bersifat terbatas baik dalam kapasitas maupun durasi. Informasi akan hilang dalam waktu 20-30 detik jika tidak diulang-ulang.
    Sedangkan memori jangka panjang (LTM), memiliki kapasitas yang itdak terbatas dan dapat menahan informasi dalam jangka waktu yang lebih lama, namun sering kali memerlukan usaha yang keras agar dapat memasukan informasi ke memori ini.

    dari sini dapat diamati siswa yang memiliki ingatan yang kuat terhadap suatu materi itu bisa dikatakan dia memiliki pemrosesan jangka panjang dan sebaliknya.

    BalasHapus
  5. baiklah saya mencoba menjawab permasalahan no 1 .
    salah satu kekurangan teori pemrosesan informasi adalah pabila guru tidak dapat menyampaikan materi secara kreatif dan menarik maka peserta didik tidak dapat menerima materi yang disampaikan dengan baik sehingga tujuan pembelajaran tidak dapat tercapai. Selain itu apabila ada peserta didik yang tidak aktif dalam proses pembelajaran maka guru akan sulit dalam menyampaikan materi.tentunya hal yang penting untuk minimalisir adalah cara gutu sendiri yang mengajar dan memanfaatkan meda dalam menunjang pembelajaran

    BalasHapus
  6. saya mencoba menjawab permasalahan no 3.
    Dalam menyimpan sebuah ingatan atau memori, kita bisa memilih untuk menjadikan sebuah peristiwa itu sebagai memori jangka panjang atau jangka pendek. Apabila kita memilihnya sebagai memori jangka pendek, maka sebuah peristiwa tidak akan tersimpan lama. Contohnya adalah ketika di sekolah kita belajar tentang KIMIA. Kita menganggap pelajaran KIMIA itu sesuatu yang sulit dan tidak menyenangkan. Sehingga, rumus-rumus yang sudah kita pelajari di sekolah tentang KIIA akan hilang dan kita tidak akan ingat setelah berada di rumah. Sedangkan memori jangka panjang (long term memory) adalah memori yang dapat menyimpan informasi lebih banyak dan lebih lama. Contohnya adalah ketika kita masih mengingat pesta ulang tahun kita yang ke-17 tahun disaat kita sekarang berusia 20 tahun. Karena kita menganggap peristiwa tersebut bermakna bagi kita. Sehingga, kita menyimpannya di memori jangka panjang.

    BalasHapus
  7. baiklah saya akan mencoba menjawab pertanyaan no 1, yaitu salah satu kekurangan teori pemrosesan informasi adalah apabila guru tidak dapat menyampaikan materi secara kreatif dan menarik maka peserta didik tidak dapat menerima materi yang disampaikan dengan baik sehingga tujuan pembelajaran tidak dapat tercapai. Selain itu apabila ada peserta didik yang tidak aktif dalam proses pembelajaran maka guru akan sulit dalam menyampaikan materi.

    BalasHapus
  8. saya ingin mencoba menanggapi permasalahan ketiga saudari mengenai "Bagaimana cara melihat siswa yang mampu memproses informasi jangka pendek dan jangka panjang" kita bisa melihatnya dengan cara sering memberikan pertanyaan sehingga sianak terus mengingat materinya, ataupun dengan cara mengaitkan informasi yang baru dengan informasi yang lama, misalnya dalam menghitung pH larutan kita minta sang anak untuk mencari terlebih dahulu molaritas jika sanganak tidak bisa mengerjakannya berarti ingatan sang anak jangka pendek.

    BalasHapus
  9. baiklah saya akan mnaggapi permasalahan yang pertama, menurut pendapat saya kita dapat meminimalisir kekurangan teori pemrosesan informasi dengan cara menyajikan materi pembelajaran secara lebih menyenagkan dan dapat menarik minat siswa untuk belajar dan dapat memroses informasi lebih baik dan bukan malah menjadi beban bagi mereka

    BalasHapus
  10. Baik saya akan menambahkan jawaban permasalahan no 3. Dengan cara menguji ulang atau mengigatkan kembali dengan cara menangakan ulang materi yang sebelumnya sudah di pelajari.

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Prinsip-prinsip Dasar Multimedia Pembelajaran

PRESENTASI E LEARNING KIMIA HASIL PENGEMBANGAN

PENGEMBANGAN E-LEARNING DALAM PEMBELAJARAN KIMIA